Singasari
1. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan
Singasari berasal dari:
• Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.
• Kitab Negara Kertagama, berisi silsilah raja-raja
Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
• Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
• Berita-berita asing (berita Cina), menyatakan bahwa Kaisar
Khubilai Khan mengirim pasukkannya untuk menyerang Kerajaan Singasari.
• Peninggalan-peninggalan purbakala berupa banguna-bangunan
Candi yang menjadi makam dari raja-raja Singasari seperti Candi Kidal, Candi
Jago, Candi Singasari dan lain-lain.
Kehidupan Politik
2. Kehidupan Politik
Kerajaan Singasari yang pernah mengalami kejayaan dalam
perkembangan sejarah Hindu di Indonesia dan bahkan menjadi cikal bakal Kerajaan
Majapahit, pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut:
Ken Arok, Raja Kertanegara
. Politik Dalam Negeri
Dalam rangka mewujudkan stabilisasi politik dalam negeri,
Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut:
• Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya.
• Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya.
• Memperkuat angkatan perang.
b. Politik Luar Negeri
Untuk mencapai cita-cita politiknya itu, Raja Kertanegara
menempuh cara-cara sebagai berikut.
• Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286 M) untuk
menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat
Malaka.
• Menguasai Bali (1284 M).
• Menguasai Jawa Barat (1289 M).
• Menguasai Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan).
• Kertanegara membendung ekspansi Khu Bilai Khan dengan cara
:
1) Menjalin kerja sama dengan negeri Champa
2) Memberantas setiap usaha pemberontakan
3) Mengganti pejabat yang tidak mendukung gagasannya
4) Berusaha menyatukan Nusantara di bawah Singosari.
ASPEK KEHIDUPAN SOSIAL
Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, berusaha
meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah – daerah yang bergabung
dengan Tumapel. Namun pada masa pemerintahan Anusapati, kehidupan kehidupan
sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karena ia larut dalam kegemarannya
menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai
diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan
masyarakatnya
ASPEK KEHIDUPAN EKONOMI
Keadaan perekonomian Kerajaan Singasari yaitu ikut ambil
bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil – hasil
bumi.
ASPEK KEHIDUPAN BUDAYA
Ditemukan peninggalan candi – candi dan patung – patung
diantaranya candi Kidal, candiJaga, dan candi Singasari. Sedangkan patung – patung
yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambang
kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung
Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (Kedua patung Kertanegara baik
patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama
Buddha beraliran Tantrayana).
PAJAJARAN
b. Kehidupan Politik
Raja- raja yang pernah memerintah kerajaan Pajajaran :
1. Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)
2. Surawisesa (1521 – 1535)
3. Ratu Dewata (1535 – 1543)
4. Ratu Sakti (1543 – 1551)
5. Raga Mulya (1567 – 1579)
Bukti : naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan,
dan Carita Waruga Guru.
Kehidupan Sosial
Kehidupan Sosial di Kerajaan Pajajaran dibedakan kedalam 4
golongan masyarakat yaitu:
1. Golongan seniman seperti pemain gamelan, pemain wayang,
penari.
2. Golongan petani
3. Golongan pedagang
4. Golongan yang dianggap jahat, seperti tukang copet,
tukang rampas, begal, maling dan sebagainya
Kehidupan Ekonomi
Dibedakan menjadi sektor :
• Sector Pertanian
Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian perladangan seperti
panggerek (pemburu), penghuma (peladang), penyadap.
bukti : kitab Carita Parahyangan
• Sector perdagangan
Kerajaan Pajajaran memiliki 6 pelabuhan. Setiap pelabuhan
dikepalai oleh syahbandar. Sehingga barang yang sering banyak diperjualbelikan
yaitu beras
Masyarakat Sunda melakukan jual beli menggunakan mata uang
berupa ceitis, Calais, mates dan tumdaya.
Kehidupan Kebudayaan
Sastra Tulis
- Kitab Carita Parahyangan
- Sawakanda atau Serat Kanda
- Sanghyang Siksakandang Karesian
Sastra Lisan
Berupa cerita pantun seperti Catra, Haturwangi, Langgalarang
Banyk dan Siliwangi.
Keterangan :
Kerajaan Pajajaran tidak memiliki peninggalan berupa
bangunan seperti candi karena kehidupan masyarakat Pajajaran itu hidup
berpindah-pindah sehingga tidak membuat bangunan permanen
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti,
naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan
ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran.
Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan
Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran,
Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga
meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasasti Horren
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis (padraƵ), Kampung Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
• Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
• Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
Kondisi Politik
(Politik-Pemerintahan)
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang
pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara
lain :
●̲̅̅
Daftar raja Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan
(Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena
serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya
Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
• Kondisi Kehidupan Ekonomi
• Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari
pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan
pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting,
yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan
Cimanuk (Pamanukan)
●̲̅̅
Kondisi Kehidupan Sosial
• Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi
golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan
perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal,
maling, prampok, dll)
●̲̅̅
Kehidupan Budaya
• Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi
oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan
dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
KEDIRI
Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa
perubahan baru dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia.
Struktur sosial dari masa Kutai hingga Majapahit mengalami perkembangan yang
ber-evolusi namun progresif. Dunia perekonomian pun mengalami perkembangan:
dari yang semula sistem barter hingga sistem nilai tukar uang.
Kediri terkenal dengan kehidupan masyarakatnya yang damai.
Menurut berita Cina, masyarakat Kediri hidup berkecukupan. Penduduk wanitanya
memakai kain sarung sampai bawah lutut dan rambutnya terurai. Rumah mereka
bersih dan rapi, lantainya dari ubin berwarna hijau dan kuning. Dalam upacara
perkawinan mereka memakai mas kawin dari emas dan perak.
Masyarakatnya sering mengadakan pesta air (sungai atau laut)
maupun pesta gunung sebagai ungkapan terima kasih kepada para dewa dan leluhur
mereka. Kehidupan perekonomian Kediri berpusat pada bidang pertanian dan
perdagangan. Hasil pertanian masyarakat Kediri umumnya beras. Sementara
barang−barang yang diperdagangkan antara lain emas, kayu cendana, dan pinang.
Walaupun terletak di pedalaman, jalur perdagangan dan
pelayaran maju pesat melalui Sungai Brantas yang dapat dilayari sampai ke
pedalaman wilayah Kediri dan bermuara di Laut Selatan (Samudera Indonesia).
Masyarakat Kediri juga sudah mempunyai kesadaran tinggi dalam membayar pajak.
Mereka membayar pajak dalam bentuk natura yang diambil dari sebagian hasil bumi
mereka.
LETAK DAN SUMBER SEJARAHNYA
Kerajaan Kediri
merupakan kelanjutan kerajaan mataram kuno yang terletak di jawa timur.
Kerajaan Kediri berdiri di awali dengan perebutan kekuasaan antara Jenggala dan
Kediri berlangsung hingga tahun 1052 M. pada tahun itu raja Mapanji Alanjung
Ahyes berhasil menundukan Kerajaan Jenggala. Namun, ia tidak lama memerintah
karena pada tahun 1059 muncul seorang raja lain yaitu Raja samarotsaha yang
berkuasa di kerajaan jenggala. Setelah pemerintahan Samarotsaha,kedua Kerajaan
itu tidak pernah lagi masuk atau tercatat dalam sumber sejarah.
B. Aspek kehidupan politik
Kerajaan Kediri
bangkit lagi sekitar tahun 1116. Raja yang pernah memerintah, antara lain
sebagai berikut:
1. Rakai sirikan sri bameswara
2. Raja jayabaya
3. Raja sarweswara
4. Sri Gandra
5. Kameswara
6. Sri Aryyeswara
7. Kertajaya
C. Aspek kehidupan Ekonomi
Kediri merupakan
kerajaan yang agraris,msyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata
pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian di daerah kerajaan Kediri ini
sangat melimpah karena didukung dengan kondisi tanah yang subur. Mata uang yang
di gunakan terbuat dari emas dan campuran. Hubungan antara daerah pedalaman dan
daerah pesisir sudah berjalan dengan lancer
D. Aspek kehidupan sosial-budaya
Keperdulian raja
tehadap masyarak atau rakyatnya sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dari kitab
Labdaka. Pada zaman kerajaan Kediri karya sastra berkembang sangat pesat. Pada
masa pemerintahan Kameswara juga di tulis karya sastra antara lain:
1. Kitab Wertasancaya
2. Kitab smaradhahana
3. Kitab Lubdaka
4. Kitab kresnayana
5. Kitab samanasantaka